Islamic Book Fair (IBF) yang tahun ini berlangsung ke-13
kalinya, merupakan ajang pameran yang ditunggu-tunggu oleh umat Islam
Indonesia.
“IBF selalu dirindukan tidak hanya oleh orang-orang Jakarta,
tapi juga orang-orang daerah. Banyak orang daerah yang sengaja datang rekreasi
ke Jakarta pada saat IBF. Sebab, IBF merupakan tempat berkumpulnya buku-buku
Islam, baik karya para penulis lokal maupun mancanegara,” demikian disampaikan
Habiburrahman El Shirazy, sastrawan Asia Tenggara, penghasil karya best seller,
yang beberapa diantaranya sudah difilmkan, seperti Ayat-ayat Cinta, Ketika
Cinta Bertasbih dan Dalam Mihrab Cinta.
El Shirazy mengatakan, meski di daerah juga diselenggarakan
IBF, namun, IBF yang dilangsungkan di Jakarta adalah yang terbesar.
“Puncak IBF ada di Jakarta, sebab walaupun di daerah
ada IBF, tapi jumlah penerbit yang ikut dan jumlah buku yang dipamerkan lebih
sedikit,” jelasnya.
Selain itu, tambah El Shirazy, gaung IBF juga lebih besar
daripada pameran buku lainnya yang diselenggarakan di Indonesia.
“Walaupun di Jakarta ada pameran-pameran buku lainnya,
seperti Jakarta Book Fair dan Indonesia Book Fair, Islamic Book Fair tetap yang
terbesar dan paling dirindukan oleh masyarakat Indonesia,” tandas lulusan
Universitas Al Azhar, Kairo, Mesir ini.
El Shirazy berharap, penyelenggaraan IBF yang konsisten
setiap tahun sejak tahun 2002, dapat terus dilanjutkan bahkan ditingkatkan
kualitasnya.
“Semoga IBF terus maju dan berkelanjutan sehingga generasi
muda muslim Indonesia punya suatu agenda tahunan yang jelas, mendidik dan
mencerdaskan,” harapnya.*** (roni ramdan/ibf)