Pages

Islamic Book Fair Jadi Standar Kemajuan Buku Islam

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Pameran Buku Islam atau Islamic Book Fair (IBF) ke 13 2014 kembali digelar di Istora Senayan Jakarta. IBF ke 13 ini dibuka secara resmi oleh Ketua Dewan Masjid Indonesia (DMI), Muhammad Jusuf Kalla  Jumat (28/2). Pembukaan IBF ke 13 2014 ini dihadiri 20 tokoh nasional dan internasional.

Beberapa tokoh yang hadir dalam pembukaan IBF ke 13 tahun ini, diantaranya, Wakil Menteri Agama (Wamenag) Nasaruddin Umar, Menteri Senior Penasihat Pemerintah Malaysia Tan sri Rais Yatim, Ketua DMI, M. Jusuf Kalla, Ketua Badan Zakat Nasional (Baznas) KH. Didin Hafiuddin, Rektor Paramadina Anies Baswedan dan Pakar Ekonomi Syariah M. Syafii Antonio.


Ketua Umum DMI yang juga mantan Wakil Presiden (Wapre) M. Jusuf Kalla dalam sambutannya mengatakan ada perkembangan yang signifikan dari pagelaran IBF dari tahun ke tahun. "Melihat perkembangan buku Islam Indonesia dapat dilihat di IBF," ujarnya saat membuka IBF 2014 di Istora Senayan Jakarta, Jumat (28/2).

Ia mengungkapkan, ada perkembangan yang cukup signifikan dari pagelaran IBF dari tahun ke tahun. Mantan Wapres  yang dipanggil JK ini menilai dari pengalamannya saat membuka IBF pada 2003 lalu. Perkembangan yang siginifikan ini, kata dia, sangat terlihat dengan kemeriahan pembukaan yang terlihat dan semakin banyaknya stand buku muslim dari para penerbit.

Perkembangan buku islam mulai tinggi saat kita mengalami krisis dimana ada beberapa buku seperti novel dan nilai spiritual yang laku keras. Sama seperti 7an ibf tahun ini saatnya umat berkarakter qurani. JK mengungkapkan, kehadiran buku-buku islam di Indonesia melalui proses yang panjang. Dimana kehadiran buku islam Indonesia telah berjalan lama ketika para ulama penulis mengenalkan buku-buku agama. Kemudian, kata dia, berkembang ketika para ulama sekelas Buya Hamka menerbitkan tafsir Al azhar dan berbagai buku agama dan novel keislaman.

"Dua ulama yang mungkin memiliki penulisan buku Islam terlaris saat ini, Buya Hamka dan KH Quraisy Shihab," ujar Ketua Palang Merah Indonesia (PMI) ini.

JK melanjutkan kemudian setelah reformasi di saat krisis, beberapa buku Islam pun mulai terkenal seperti novelis Islam dan buku-buku spiritual Islam lain. Karena itu, adanya IBF ini merupakan upaya capaian tertinggi buku Islam di Indonesia. Di IBF inilah buku-buku Islam semakin populer. "Karena hadirnya buku harus ditunjang dari berbagai sisi mulai dari pembaca, penulis, percetakan dan pemasarannya," ungkapnya.
Karenanya, ia bersyukur bermunculannya buku-buku islam merupakan rangkaian panjang dari semua ini. Ia berharap IBF ini tidak hanya sukses memasarkan secara luas buku-buku Islam Indonesia semata. Namun juga seperti tujuan penyelenggaraan IBF ke 13 tahun ini, dapat memberikan nilai kemuliaan bagi umat Islam bergenerasi Qurani.

Wakil Menteri Agama (Wamenag) Nasaruddin Umar menambahkan, semoga denga adanya IBF yang kembali digelar ini terus mendidik umat Islam semakin cerdas dan bijaksana. "Tidak fanatik ekstrim," ujar Wamenag kepada Republika. Mengajarkan umat semakin pintar dan bijak ini seperti generasi Qurani, menurut dia merupakan hal penting.